Halaman Lima : Kondisi Air Bersih Serta Sanitasi di Mataram dan Nusa Tenggara Barat
Salah
satu tujuan dari sustainable development goals (SDGs) adalah air bersih
dan sanitasi yang layak. Tujuan SDGs tersebut sejalan dengan salah satu
tantangan pembangunan berkelanjutan yang kritis dan merupakan hak asasi manusia
yang mendasar yaitu akses ke air yang bersih dan sanitasi yang layak. Air merupakan salah satu hal penting yang
diperlukan oleh semua makhluk hidup yang ada di bumi, khususnya air dalam
kondisi yang bersih. Sanitasi ialah salah satu indikator penting dalam
pembangunan suatu daerah. Oleh karena itu, penting bagi suatu daerah untuk melakukan
pengelolaan sanitasi dengan tingkat yang tinggi guna menjadi tolak ukur agar
tercapainya target nasional maupun global (Lorenzae,2022).
Kota Mataram, di provinsi Nusa
Tenggara Barat menjadi salah satu kota di Indonesia yang menunjukkan
kemajuannya dalam mencapai tujuan SDGs yaitu air bersih dan sanitasi yang
layak. Menurut data Badan Pusat Statsitik (BPS), persentase rumah tangga yang
memiliki akses terhadap layanan sumber air minum yang layak meningkat setiap
tahunnya. Di tahun 2020 sendiri, persentase rumah tangga yang memiliki akses
terhadap layanan sumber air minum yang layak menyentuh angka 98,85%. Namun,
jika dibandingkan dengan tahun 2019 terjadi penurunan persentase rumah tangga
yang memiliki akses terhadap layanan sumber air minum yang layak sebesar 0,83% .Selain
itu, pada tahun 2022 data yang diperoleh dari Suara NTB, dari hasil
verifikasi dan validasi terdapat 78 kepala keluarga (KK) di kota Mataram yang
tidak memiliki sumber air minum utama yang layak untuk kebutuhan seperti
memasak, mandi, mencuci, dll. Dari sisi fasilitas sanitasi, menurut data BPS
persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sanitasi yang layak
meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2020 persentase rumah tangga yang
memiliki akses terhadap layanan sanitasi yang layak menyentuh angka 91,45%.
Kondisi mengkhawatirkan terhadap
sanitasi yang layak justru terjadi pada tingkat provinsi, di Nusa Tenggara
Barat (NTB). Menurut Dinas Kesehatan NTB, kasus gizi buruk dan angka kematian
bayi Nampak masih tinggi, yang mana hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa
terdapat rendahnya akses sanitasi dan kurangnya perilaku hidup bersih dan
sehat. Dengan adanya permasalahan tersebut, pemerintah provinsi NTB memiliki
kebijikan yang spesifik dan khusus yaitu Gerakan Buang Air Besar Sembarangan
Nol (BASNO) demi mencapai tujuan sanitasi yang aman dan juga layak.Gerakan
BASNO ialah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah NTB yang bertujuan
untuk mewujudkan perubahan perilaku yang bersih dan saniter dalam mendapatkan
akses terhadao sanitasi layak dan aman melalui pendekatan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan pemangku
kepentingan.
Manfaat
dengan diadakannya kebijakan BASNO adalah dapat merubah kesadaran masyarakat
terhadap perilakuknya untuk tidak buang air besar secara sembarangan, dapat
menurunkan angka kecacingan pada anak maka produktifitas dan prestasi belajar
pada anak akan meningkat, lingkungan dapat lebih bersih dari pencemaran yang
diakibatkan oleh tinja manusia, penyakit yang disebabkan oleh pencemaran
lingkungan akan signifikan turun, dapat meminimalkan anggaran pemerintah karena
menegandalkan partisipasi dan perubahan perilaku masyarakat membangun jamban
secara swadaya, dan dengan adanya BANSO diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, karena pengeluaran masyarakat untuk biaya Kesehatan
kerena sakit akan berkurang.
Sumber :
BPS Kota Mataram
Roadmap BASNO 2022-2023
NUKE,
S. L. (2022). ASESMEN LAPANGAN CAPAIAN SDGs BIDANG AIR BERSIH DAN
SANITASI LAYAK PADA ZONA IV KOTA BANDAR LAMPUNG (Doctoral
dissertation, UIN RADEN INTAN LAMPUNG).
Komentar
Posting Komentar