Halaman Sepuluh : Kondisi Sektor Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Nusa Tenggara Barat Pada Saat Pandemi Covid-19
Pandemi covid-19 yang terjadi di seluruh dunia, memberikan dampak di berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya mengancam kesehatan, Covid-19 juga menyebabkan semua Negara memproyeksikan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi. Pelemahan ekonomi ini terjadi sebagai imbas dari kebijakan, himbauan dan larangan yang dikeluarkan pemerintah untuk membatasi pergerakan masyarakat dalam upaya menghentikan atau memperlambat penularan Covid-19. Akibatnya, terjadi penutupan disejumlah sekolah dan kampus karena pelajar diliburkan, aktivitas perkantoran, tempat usaha, beberapa kegiatan dan sektor ekonomi ikut ditutup untuk sementara waktu.
Sejalan dengan prediksi tingkat pertumbuhan ekonomi nasional, kepala Bappeda Nusa Tenggara Barat (NTB) juga memberikan prediksi terjadinya koreksi pertumbuhan ekonomi NTB yang dikarenakan oleh pandemi Covid-19. Pada target Rencanan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2020, pemprov NTB menargetkan terjadinya pertumbuhan ekonomi sebesar 5 sampai dengan 5,5%. Namun, jika dilihat dengan situasi pandemi covid-19, pertumbuhan ekonomi NTB diperkirakan hanya berada pada kisaran 3-4 persen. Menurunnya harapan akan pertumbuhan ekonomi NTB tersebut bukalah tanpa alasan, hal tersebut terlihat pada perlambatan ekonomi terjadi di beberapa kategori lapangan usaha seperti pertanian, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2019-2020 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor pertanian turun sebanyak 1,79% dan beberapa kategori lainnya yang juga mengalami penuruan PDRB.
Meskipun hampir semua sektor lapangan usaha terkena dampak oleh pandemi Cowvid-19, terdapat salah satu sektor lapangan usaha di NTB yang menunjukkan peningkatan PDRB pada tahun 2019-2020, seperti sektor pertambangan dan penggalian. Menurut data BPS (gambar 1) pada tahun 2019-2020 laju PDRB pada sektor tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, pada rentang tahun 2019-2020, sektor-sektor tersebut cenderung mengalami penurunan persentase PDRB. Dilansir dari laman Suara NTB, pemerintah mengakui bahwa sektor pertambangan dan kontruksi mampu beraktivitas secara optimal. Realisasi investasi dan produktivitas dari sektor pertambangan berkontribusi signifikan terhadap perekonmian NTB.
Sumber : BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat
Gambar 1. Laju PDRB Pada Kategori Pertambangan dan Penggalian di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010-2022
Menurut Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), H Mohammad Rum, dari total investasi yang sudah masuk ke NTB pada triwulan pertama, sebanyak 50% berasal dari sektor pertambangan. Menurut data BPS, Di triwulan II tahun 2020, sektor pertambangan dan penggalin yang tumbuh sebesar 47,78% mampu menahan laju penurunan PDRB NTB. Pada triwulan II, ekonomi NTB kontraksi 1,4%, tetapi tanpa sektor pertambangan dan penggalian, kontraksi akan lebih dalam lagi hingga mencapai 7,97%.
Salah satu kontributor utama sektor pertambangan NTB yaitu Tambang Batu Hijau, mengatakan bahwa pada masa pandemi covid-19, produktivitas justru mengalam peningkatan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan penerapa protokol kesehatan yang ketat dalam upaya melindungi karyawa-karyawannya. Sebagai bagian dari protokol pencegahan covid-19, seluruh karyawan dan mitra bisnis wajib melalui karantina mandiri selama 2 minggu di fasilitas yang sudah disediakan oleh perusahaan. Perusahaan tambang tersebut terus berupaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehingga memotivasi seluruh karyawan untuk berkontribusi dengan baik dalam pekerjaan. Patuh akan protokol kesehatan, adalah salah satu kunci mengapa sektor pertambangan dan penggalian di NTB tetap dapat bertahan di tengah pandemi covid-19.
Komentar
Posting Komentar